Ketela dan Senyum Istriku
Oleh: Setia Kastatik
Kata kunci
·
Bekerja
·
Ladang
·
Ketela
·
Berjalan
Pagi buta adalah waktu yang tepat untuk aku pergi bekerja . Sebagai
seorang buruh aku harus tahu diri bahwa matahari tak boleh mendahului langkahku
. Bisa dibilang ladang tempatku bekerja cukup jauh , itulah
alasannya mengapa aku harus berangkat sepagi mungkin.
“bapak berangkat kerja dulu buk”
“iya pak, hati-hati di jalan ya pak. Ini bekal untuk bapak”. Kata istriku
Iya ,hanya ketela rebus yang menjadi sahabatku setiap harinya. Berjalan
, hanya itu yang ku bisa. Karena aku tak mempunyai sepeda seperti teman-temanku
yang lainnya. Sesampai di ladang, ku cangkul sepetak tanah ke petak tanah lainnya. Inilah kegiatanku
setiap harinya. Menjadi buruh demi keluargaku. Bagiku dengan menjadi buruh
dapat membuat kenyang perut keluargaku .
Karena selain diberi upah uang sepuluh ribu setiap harinya aku juga mendapat
upah ketela dari pemilik ladang . Ketela menjadi makananku setiap
harinya mengingat harga beras yang tidak murah.
Matahari telah membakar punggungku .Aku tak mengira pagi telah berganti siang . ketela
rebus dari istriku dapat mengganjal perutku . siang ini memang sangat terik ,
dan saat aku memandang ke atas tiba-tiba....
“pak..bapak”
“ada apa ini?,saya ada dimana?”tanyaku
“bapak istirahat dulu,tadi bapak pingsan di ladang pak mahmud yang
mengantar bapak pulang”
“astaghfirullahhaladzim kenapa bisa?”
“mungkin karena kecapek an pak”pak mahmud menjawab
“sudah pak, bapak istirahat saja dulu jangan banyak bergerak pak ibuk
khawatir”
“tapi buk kalau bapak hari ini tidak bekerja bagaimana anak-anak bisa makan?,sedangkan ketela yang kemarin sudah habis buat bekal bapak tadi pagi”
“tapi buk kalau bapak hari ini tidak bekerja bagaimana anak-anak bisa makan?,sedangkan ketela yang kemarin sudah habis buat bekal bapak tadi pagi”
“pak mahmud akan menjaga bapak sementara ini,ibuk akan pergi ke ladang
menyelesaikan pekerjaan bapak”
Tanpa berfikir panjang istriku pergi ke ladang . Rasa bersalah
muncul dari benakku .Disini akulah imam dari keluargaku , akulah kepala
keluarga yang harusnya mencari nafkah untuk keluarga kecilku . Tapi apalah daya
semua sudah terlanjur terjadi .
Waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB namun istriku belum juga pulang . Aku sangat
khawatir . namun tak lama kemudian terdengar sayup-sayup suara istriku
“assalamu”alaikum bapak”. Aku bergegas menghampiri suara itu dan
alhamdulillah istriku akhirnya sampai di rumah.
“walaikumsalam buk,ibu baru pulang?”tanyaku
“iya pak dan alhamdulillah ini upah hari ini sekaligus ketela untuk
kita makan besok”. Ya Allah aku terharu mendengarnya .
“ya sudah buk bapak akan merebuskan ketela untuk ibuk , ibuk cepat
mandi kemudian sholat bapak ke dapur dulu buk”.
iya,ketela rebuslah yang menjadi jamuan kami setiap harinya . Aku
harap ada ketela lagi untuk ku makan bersama keluargaku . Karena ketela
yang didapat hari ini dapat mengganjal perut kami sampai besok . Kesederhanaan
ini adalah senyum istriku . Dan senyum istriku adalah bahagiaku .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar