Selasa, 01 Oktober 2013

contoh cerpen





Ketela dan Senyum Istriku
Oleh: Setia Kastatik
Kata kunci
·         Bekerja
·         Ladang
·         Ketela
·         Berjalan
Pagi buta adalah waktu yang tepat untuk aku pergi bekerja . Sebagai seorang buruh aku harus tahu diri bahwa matahari tak boleh mendahului langkahku . Bisa dibilang ladang tempatku bekerja cukup jauh , itulah alasannya mengapa aku harus berangkat sepagi mungkin.
“bapak berangkat kerja dulu buk”
“iya pak, hati-hati di jalan ya pak. Ini bekal untuk bapak”. Kata istriku
Iya ,hanya ketela rebus yang menjadi sahabatku setiap harinya. Berjalan , hanya itu yang ku bisa. Karena aku tak mempunyai sepeda seperti teman-temanku yang lainnya. Sesampai di ladang, ku cangkul sepetak  tanah ke petak tanah lainnya. Inilah kegiatanku setiap harinya. Menjadi buruh demi keluargaku. Bagiku dengan menjadi buruh dapat membuat kenyang perut  keluargaku . Karena selain diberi upah uang sepuluh ribu setiap harinya aku juga mendapat upah ketela dari pemilik ladang . Ketela menjadi makananku setiap harinya mengingat harga beras yang tidak murah.
Matahari telah membakar punggungku .Aku tak mengira  pagi telah berganti siang . ketela rebus dari istriku dapat mengganjal perutku . siang ini memang sangat terik , dan saat aku memandang ke atas tiba-tiba....
“pak..bapak”
“ada apa ini?,saya ada dimana?”tanyaku
“bapak istirahat dulu,tadi bapak pingsan di ladang pak mahmud yang mengantar bapak pulang”
“astaghfirullahhaladzim kenapa bisa?”
“mungkin karena kecapek an pak”pak mahmud menjawab
“sudah pak, bapak istirahat saja dulu jangan banyak bergerak pak ibuk khawatir”
“tapi buk kalau bapak hari ini tidak bekerja bagaimana anak-anak bisa makan?,sedangkan ketela yang kemarin sudah habis buat bekal bapak tadi pagi”
“pak mahmud akan menjaga bapak sementara ini,ibuk akan pergi ke ladang menyelesaikan pekerjaan bapak”
Tanpa berfikir panjang istriku pergi ke ladang . Rasa bersalah muncul dari benakku .Disini akulah imam dari keluargaku , akulah kepala keluarga yang harusnya mencari nafkah untuk keluarga kecilku . Tapi apalah daya semua sudah terlanjur terjadi .
Waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB namun istriku belum juga pulang . Aku sangat khawatir . namun tak lama kemudian terdengar sayup-sayup suara istriku
“assalamu”alaikum bapak”. Aku bergegas menghampiri suara itu dan alhamdulillah istriku akhirnya sampai di rumah.
“walaikumsalam buk,ibu baru pulang?”tanyaku
“iya pak dan alhamdulillah ini upah hari ini sekaligus ketela untuk kita makan besok”. Ya Allah aku terharu mendengarnya .
“ya sudah buk bapak akan merebuskan ketela untuk ibuk , ibuk cepat mandi kemudian sholat bapak ke dapur dulu buk”.
iya,ketela rebuslah yang menjadi jamuan kami setiap harinya . Aku harap ada ketela lagi untuk ku makan bersama keluargaku . Karena ketela yang didapat hari ini dapat mengganjal perut kami sampai besok . Kesederhanaan ini adalah senyum istriku . Dan senyum istriku adalah bahagiaku .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar